NASIB MAKHLUK BERJIWA PERMAI

rumah hijau kini sudah kacau bilau... bahang itu semakin hangat bergolak.. tidak mengira di bintang tujuh atau bintang lima... kulit kupang dan mesin masa makhluk berjiwa di sini dalam bahaya... gelombang songsang sedang hebat bertiup.. meracuni fitrah kecerdikan makhluk berjiwa permai... mereka sudah di cucuk hidung persis hidupan berkaki empat.. apa bezanya?

makhluk berkot hitam itu tersenyum.. bersantai santai di atas pokok emas... puas dengan permainan catur lama... dalam darah bekunya berkata kecil... "sungguh mudah makhluk berjiwa permai itu di perbodohkan..." baris ayat itu tidak berakhir di situ... jika makhluk berjiwa permai mampu membaca baris not rahsia di dalam darah bekunya, pasti pokok emas itu di tebang habis habisan...

hujan batu kini sedang mencurah curah... air di tempayan habis di sumpah seranah... segala anjing upahan di kerah... di hambat masuk ke pelusuk tempurung tua... anjing kusta itu ke sana ke mari... mencari khilaf makhluk berjiwa permai untuk di gongong... dan darah beku yang jijik itu bersorak gembira.. bertepuk tangan kotor.. tapi makhluk berjiwa permai tidak pernah gentar... sedikit pun tidak terguris... kerana makhluk berjiwa permai sangat yakin... cahaya itu tetap akan bersinar walau sekuat di padam..

terkini.. jerangkap samar kembali di pasang... teropong ajaib itu sedang siap menembak garuda.. bersedia membedil sang kancil.... kelisa di air tidak terkecuali... dan hasil hasil tangkapan itu akan di penuhkan kantung makhluk berkot hitam... makhluk berperut lebar.. makhluk yang lapar dan hauskan darah... dan pisau lipat itu sedang bergerak ke leher makhluk berjiwa permai.. menunggu masa untuk di pancung...

kulit kupang dan jongkong perak sudah tiada erti... makhluk berjiwa itu kesana kemari mengejar kupang kupang yang terbang dan bersinar... penat lelah mereka hanya cukup untuk menghilangkan lelah yang seketika... campuran dua unsur yang dulunya tiada harga.. tapi kini dengan kulit kupang itu tidak mampu untuk makhluk berjiwa miliki.. sangat payah...

"ini tempurung tua kita... ini bintang kita... kulit kupang kita yang punya.. emas hitam itu adalah hak rasmi kita... tidak pernah sekali kali makhluk berjiwa nostalgia melantik sesiapa menjadi tuan... makhluk berkot hitam itu hanyalah penjaga harta... bukan pemilik... tebanglah pokok emas itu kerana akarnya telah meresap dan merentap zat zat tubuh kita..." not not rahsia makhluk berjiwa putih itu meluru laju ke gegendang bulat dan berbelit ini.

sudah cukup api yang menyala itu di biarkan marak... setitik demi setitik emas hitam itu mengalir.... jika di hitung, hanya masa yang menghalang api itu marak... jika di tanah gersang, sudah lama pokok emas itu hancur di lumat... tapi malangnya.. di tanah tumpah darah makhluk berjiwa, semua ceritera nista di anggap sebagai kopi hangat yang enak di hirup... jadi, hiruplah sepuas puasnya selagi pancaindera itu masih mampu untuk mengenal rasa.... tapi awas, bila nasi bubur sudah tersedia, menyerahlah untuk terima surat dari tangan kiri...

"wahai makhluk berjiwa... bebaskanlah bodoh itu dari terus di belenggu... gunakan tangan itu untuk mewarnai kertas putih..corakkan...jika tangan sudah terkulai, lemparkanlah not bunyi yang indah... kerana sebaik baiknya ialah melemparkan not not bunyi indah di hadapan makhluk berkot hitam.... dan yang terakhir cukuplah hanya bergema di dalam darah beku... semoga itu sudah cukup untuk menjadi bukti pada hari esok.." laung pula makhluk berjiwa putih mengakhiri sejarah hari ini...

di petik dari buku teks sejarah Munir...